MAHASISWA MAGISTER TEKNIK PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2007

Senin, 07 Juli 2008

Analisis Faktor

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perpustakaan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Pentingnya peran perpustakaan dalam lembaga pendidikan dapat dilihat dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang pendidikan nasional yang berisi kewajiban setiap sekolah (termasuk perguruan tinggi) memiliki perpustakaan.
Soejono Trimo (1992:86) menyatakan bahwa sukses atau tidaknya layanan perpustakaan banyak tergantung pada tiga faktor yang secara sepintas lalu dapat dipersentasekan sebagai berikut: 5 persen adalah dari fasilitas dan perlengkapan gedung perpustakaan, 20 persen dari koleksi bahan-bahan yang ada; dan 75 persen berasal dari staf perpustakaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi kunjungan dan pemakaian bahan pustaka adalah minat baca mahasiswa sendiri (Agus Dwi Kuncoro, 1995).
B. Identifikasi Masalah
1. Peningkatan sarana dan prasarana perpustakaan sebagaimana saran penelitian-penelitian sebelumnya guna peningkatan penggunaan bahan pustaka perpustakaan tidak dapat dilakukan sepenuhnya karena keterbatasan dana yang dimiliki.
2. Belum pernah dilakukan penelitian tentang peran pustakawan dan dosen terhadap pemakaian bahan pustaka perpustakaan oleh mahasiswa di STIS.
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan persepsi mahasiswa terhadap kemampuan pustakawan, tugas dan motivasi dari dosen, dan kelengkapan koleksi perpustakaan.
2. Membentuk faktor-faktor dominan yang mempengaruhi pemakaian bahan pustaka perpustakaan oleh mahasiswa.
3. Mengelompokkan mahasiswa berdasarkan pemakaian bahan pustaka perpustakaan, tugas dan motivasi dosen, dan kepemilikan/penguasaan buku referensi.
D. Kerangka Pikir
Kerangka pikir makalah ini seperti berikut dibawah ini:




BAB II
KERANGKA TEORI

Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakan yang terdapat pada perguruan tinggi, badan bawahannya maupun lembaga yang berafiliasi dengan perguruan tinggi, dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai tujuannya (Sulystio Basuki, 1991:51). Ditinjau dari segi jasa perpustakaan, perpustakaan perguruan tinggi memiliki ciri khas yaitu adanya hubungan segitiga antara pustakawan, mahasiswa, dan dosen. Hubungan segitiga ini menunjukkan bahwa mahasiswa maupun dosen berhubungan langsung dengan pustakawan dalam hal mencari informasi dan penelusuran informasi (Sulystio Basuki, 1991:51).
Gambar 2. Hubungan Pustakawan, Mahasiswa, dan Dosen di Perguruan Tinggi


A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Bahan Pustaka Perpustakaan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan pemakai yaitu mutu dan jumlah koleksi, cara pelayanan, tenaga pengelola, dan fasilitas fisik lainnya (Busha dan Harter, 1980: 256). Lancaster (1977:2) juga menyatakan bahwa kepuasan pemakai dipengaruhi ukuran dan kualitas layanan informasi atau koleksi perpustakaan, cara pengoganisasian koleksi, adanya alat-alat bantu temu kembali untuk akses ke koleksi, serta kemauan dan kemampuan staf untuk mengupayakan sumber daya perpustakaan. Harsono (1996) menyatakan bahwa beberapa kendala yang sangat mendasar dalam masalah penyelenggaraan perpustakaan sekolah: pustakawan, ruang perpustakaan, terbatasnya koleksi, dan minat baca.

1. Pustakawan
Petugas perpustakaan yang profesional selain memiliki pengetahuan luas dan menunjang dalam pelaksanaan tugas juga harus memiliki aspek kepribadian dan perilaku yang terpuji.
a) Aspek profesional meliputi: nonkeahlian, keahlian dasar, madya, spesialis, dan pakar (Perpusnas RI, 1991)
b) Aspek kepribadian dan perilaku terpuji meliputi kerajinan, kerapian, kebersihan, kedisiplinan, dan ketepatan janji (Bandono, 1996: 19-20).
Sesuai dengan kondisi perpustakaan STIS dalam penelitian ini kemampuan pustakawanan disederhanakan menjadi nonkeahlian, keahlian dasar, dan keahlian madya.
2. Koleksi perpustakaan
Orang datang ke perpustakaan bertujuan untuk mencari bahan pustaka atau koleksi yang ada di perpustakaan. Ketersediaan koleksi yang sesuai dengan permintaan pemakai menimbulkan kepuasan dan memudahkan perpustakaan dalam melakukan aktivitas-aktivitas selanjutnya.
3. Minat Baca
Terkait dengan minat baca, Munandar (1978) dalam penelitiannya menemukan bahwa kebiasaan atau minat baca siswa pada umumnya kurang. Membaca lebih ditujukan untuk mengisi waktu luang dengan membaca bacaan ringan yang bersifat hiburan. Demikian halnya dengan mahasiswa seperti yang diungkapkan Agus Dwi Waluyo (1995:9) yang menyatakan bahwa untuk memacu minat baca mahasiswa ada baiknya para dosen mewajibkan untuk membaca beberapa literatur untuk mendukung satu mata kuliah tertentu.

B. Alat Analisis
1. Analisis Faktor
Analisis faktor merupakan salah satu teknik untuk menyederhanakan deskripsi dari suatu set data (peubah) yang banyak dan saling berkorelasi menjadi set data lain yang ringkas dan tidak saling berkorelasi.
Dalam hal menganalisis sejumlah peubah akan dianalisis interkorelasi antar peubah untuk menetapkan apakah keragaman yang tampak dalam peubah berasal atau berdasarkan sejumlah faktor dasar yang jumlahnya lebih sedikit dari keragaman yang terdapat pada peubah-peubahnya. Jadi analisis faktor mempunyai ciri khusus yaitu mampu untuk mengurai data. Jika terdapat korelasi dari suatu set data maka analisis faktor akan memperlihatkan beberapa pola yang mendasari sehingga data yang ada dapat dirancang atau dikurangi menjadi set faktor atau komponen yang lebih kecil.
Persamaan linier dalam analisis faktor memiliki bentuk umum yang sedikit berbeda dari analisis komponen utama. Persamaan linier dalam analisis faktor mempertimbangkan ‘error’ yang akan terjadi dalam penentuan besarnya keragaman yang dapat diterangkan oleh factor yang terbentuk. Analisis faktor terdiri dari m-peubah asal yang digambarkan oleh vektor pengamatan acak nilai z berdasarkan rumusan Ho dan H1, disimpulkan semakin kecil nilai z hasil perhitungan semakin jelas perbedaan antara harapan dan evalulasi.
Tujuan dari analisis faktor antara lain:
a. Data summarization, yakni mengindentifikasikan adanya hubungan antar peubah dengan melakukan uji korelasi. Jika korelasi dilakukan antar peubah (dalam pengertian SPPS adalah ‘kolom’), analisis tersebut dinamakan R Faktor Analysis.
b. Data reduction, yakni setelah melakukan korelasi, dilakukan proses membuat sebuah peubah set baru yang dinamakan faktor untuk menggantikan sejumlah peubah tertentu.
Analisis faktor dikerjakan untuk memperoleh sejumlah kecil faktor yang mempunyai sifat-sifat :
a. Mampu menerangkan keragaman data secara maksimal.
b. Terdapatnya kebebasan faktor.
c. Tiap faktor dapat dijelaskan dengan sejelas-jelasnya.
Model ortogonal dari analisis faktor dengan m faktor bersama adalah:
Xpx1 = μpx1 + Lpxm Fmx1 + εpx1 (10)
dimana:
X = vektor peubah asal
μ = vektor rata-rata peubah asal
L = matrik penimbang
F = vektor faktor bersama
ε = vektor faktor spesifik
Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi adalah:
a. E(F) = 0mx1
b. Cov(F) = E(FF’)=Imxm , E (ε) = 0px1
c. Cov(ε) = E(ε.ε’) = ψpxp
d. Cov(εF’) = E(εF’) = 0p x m, sehingga F dan ε independent (bebas)
Model (X-μ) = LF + ε adalah linier dalam faktor bersama. Bagian dari var(Xi) yang dapat diterangkan oleh m faktor bersama disebut communality ke-i. Sedangkan bagian dari Var(Xi) karena faktor spesifik disebut uniqueness atau keragaman spesifik ke-i. Secara umum, keragaman model dituliskan sebagai berikut:
α ii = li + li2 + + li2m +ψ i = hi2 +ψ i

dimana:
hi2 = communality ke-i
ψi = keragaman spesifik ke-i

Untuk mempermudah interpretasi dari hasil analisis maka diperlukan suatu rotasi sampai mendapatkan struktur yang lebih sederhana. Rotasi faktor merupakan suatu transformasi ortogonal dari faktor penimbang. Jika L adalah matrik faktor penimbang awal berordo p x m, maka matrik faktor penimbang yang telah dirotasikan adalah:
L* = LT, dimana TT’ = T’T = 1
Dari perumusan di atas terlihat jelas bahwa rotasi merupakan suatu upaya menghasilkan faktor penimbang baru yang lebih mudah untuk diinterpretasikan dengan cara mengalikan faktor penimbang awal dengan suatu matrik transformasi yang bersifat ortogonal. Meskipun telah mengalami rotasi, matrik kokeragaman (korelasi) tidak berubah karena: LL’ + ψ = LTT’L’ + ψ = L*L*’ + ψ, selanjutnya keragaman spesifik ψi, dan tentunya communality hi juga tidak berubah. Dalam hal ini untuk merotasi faktor dapat dilakukan dengan rotasi tegak lurus dan rotasi miring. Perbedaan kedua rotasi tersebut adalah pada sudut yang dibuat masing-masing faktor; pada rotasi tegak lurus selalu 90 derajat sedangkan pada rotasi miring sering tidak 90 derajat. Rotasi varimax merupakan rotasi tegak lurus. Dimana menurut Kaiser (1958) sebagai penemu dari rotasi varimax, bertujuan untuk meningkatkan daya interpretasi dari faktor-faktor yang didapatkan.

2. Analisis Klaster
Subash Sharma (1996), mendefinisikan analisis cluster adalah cara untuk menyatukan objek ke dalam kelompok atau grup dengan alasan bahwa setiap kelompok homogen mempunyai sifat yang sama atau setiap kelompok berbeda dari kelompok lain, pendefinisian kesamaan atau homogenitas kelompok yang ada sangat bergantung kepada tujuan studi atau penelitian.
Analisis klaster bertujuan untuk mengelompokkan unit-unit observasi ke dalam beberapa klaster (kelompok) dimana setiap unit observasi dalam satu kelompok akan mempunyai ciri yang relative sama sedangkan antar kelompok unit observasi memiliki sifat yang berbeda. Manfaat dari analisis klaster adalah untuk eksplorasi data, reduksi data, stratifikasi dan peramalan.
Sebelum melakukan pengelompokkan terlebih dulu ditentukan jarak kemiripan (similarity) antar unit observasi. Penentuan ukuran unit observasi ini meliputi ukuran keragaman dalam kelompok yang terbentuk dalam ukuran keragaman antar kelompok. Ukuran keragaman dalam kelompok relatif lebih kecil daripada keragaman antar kelompok. Berdasarkan uraian yang ada di atas kita dapat menyimpulkan bahwa penghitungan ukuruan kemiripan atau jarak diantara dua unit observasi secara berurutan merupakan suatu hal yang penting dalam penggunaan teknik analisis klaster.
Di dalam penelitian ini, ukuran kemiripan yang digunakan adalah jarak Euclidus. Jarak ini cukup fleksibel untuk dilakukan modifikasi dalam mengatasi kelemahan data, misalnya kelemahan karena unit pengukuran dan atau skala pengukuran yang berbeda bisa diperbaiki dengan melakukan transformasi baku (Z).
Metode analisis cluster yang populer adalah hierarchical method dan non hierarchical method atau positioning method. Dalam metode hirarki pembagian kelompok dilakukan berdasarkan hirarki yang ada sehingga jumlah kelompok data yang terbentuk sangat bergantung pada karakteristik data, sedangakan pada metode pemisahan berlawanan dengan metode hirarki yaitu jumlah kelompok ditentukan dahulu baru kemudian data dibagi sesuai dengan jumlah kelompok yang telah ditetapkan.
Metode pengelompokan secara hirarkis dimana secara umum metode ini dibedakan menjadi dua yaitu metode aglomeratif dan metode devisif. Meode aglomeratif berlangsung dengan menyusun satu seri penggabungan n objek dalam kelompok. kelompok, hasil akhirnya semua obyek tergabung menjadi satu cluster. Sedangkan metode devisif berlangsung dengan membagi n objek dalam beberapa clusternya sendiri.
Dalam metode aglomeratif, langkah pertama, objek membentuk cluster sendiri, langkah kedua, dua objek yang saling berdekatan bergabung, langkah ketiga, objek baru bergabung dengan cluster yanbg berisi dua objek tadi atau dua objek lain membentuk cluster baru dan seterusnya. Ada empat kriteria penugasan dalam metode aglomeratif, yaitu:
1. Metode Single Lingkage
Metode ini lebih dikenal dengan metode hubungan atau nearst neighbor. Dalam metode hiraraki tunggal (Single Lingkage) atau metode tetangga terdekat pelasanaannya didasarkan pada perhitungan jarak terpendek. Kedua objek ini akan membentuk kelompok pertama. Pada tahap selanjutnya satu atau dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu pertama apakah objek ketiga akan bergabung pada kelompok yang telah terbentuk atau kedua objek ketiga ini akan bergabung dengan objek lainnya membentuk kelompok kedua. Pembentukan kelompok tergantung apakah jarak dari objek kekelompok pertama lebih dekat dibandingkan dengan jarak objek tersebut dengan objek lainnya yang belum terkelompok. Proses ini berlangsung terus sampai semua objek menjadi satu.



2. Metode Complete Linkage
Metode ini juga disebut sebagai metode Furtherst neighbor atau diameter method. Metode ini kebalikan dari metode Single Lingkage dimana jarak antar cluster ditentukan sebagai jarak terjauh.
3. Metode Average Lingkage
Metode Average Lingkage merupakan variasi dari algoritma single lingkage dan complete lingkage. Algoritma yang dipakai sama dengan kedua metode tersebut kecuali pehitungan jarak yang dipakai, yaitu bahwa jarak antar cluster-cluster didefinisikan sebagai jarak rata-rata antara seluruh pasangan objek yang akan digabungkan.
4. Metode Ward.s Error Sum Of Square
Metode ini membentuk cluster berdasarkan jumlah total kuadrad deviasi tiap pengamatan dari rata-rata cluster yang menjadi anggotanya. Dalam hal ini nilai Error Sum Of Square merupakan fungsi objektif pada saat melakukan penggabungan.
Pelaksanaan analisis cluster ini dipilah menjadi tiga tahapan utama, yaitu :
1. Tahap Pembagian
Partitioning atau pembagian adalah proses untuk menentukan apa dan bagaimana cluster di kembangkan dengan mempertimbangkan : variable apakah yang digunakan untuk proses komputasi .kemiripan. objek, bagaimana kemiripan antar objek akan diukur, prosedur apa yang akan digunakan untuk menempatkan onjek yang mirip dalam cluster dan beberapa cluster yang
diinginkan.
2. Tahap Interpretasi
Tahap ini menyangkut memeriksa .statement. berkaitan dengan cluster yang dikembangkan, dengan tujuan memberi label pada cluster dengan akurat. Misalnya, apa yang disebut dengan light beer dan regular beer. Untuk itu, dikembangkan skala optionnya akan menjelaskan kedua istilah tersebut. Proses interpretasi biasanya memakai teknik centroid. Dalam hal ini, bila cluster dibentuk berdasarkan data mentah maka hasil akan berbentuk deskripsi logis. Dan bila data berbentuk komponen faktor maka analisis akan balik melihat data mentah dari variable asli. Kemudian mengkomputasi profil rata-rata dari data itu. Penggunaan profil modal juga bisa bila ingin mengetahui keragaman within cluster.
3. Tahap Validasi dan Profiling
Tahap validasi menyangkut usaha analisis untuk mendapat keyakinan bahwa solusi cluster representatif terhadap populasi (mewakili semua objek), dan karenanya stabil sepanjang waktu. Caranya adalah dengan menganalisis cluster pada sample terpisah, membandingkan solusi cluster dan mencocokkan hasilnya. Atau dengan cara yang lebih praktis dapat juga dilakukan dengan memilah sample menjadi dua kelompok, masing-masing dianalisis dan hasilnya dibandingkan. Tahap profiling adalah menggambarkan karakter tiap cluster dengan maksud menjelaskan bagaimana mereka berbeda pada dimensi relevan dengan membandingkan skor rata-rata dari profil cluster. Variable tergantung yang katagorik yang pertama akan mengidentifikasi cluster. Sedangkan variable tak bebas berbentuk demografik, psikografik, dan seterusnya. Dari analisis atas dasar tingkat signifikansi statistik tertentu, analisis dapat menarik kesimpulan. Perbedaan karakteristik antar cluster adalah yang utama karena dapat dipakai untuk memprediksi prilaku anggota cluster.


BAB III
ANALISIS

A. Persepsi mahasiswa Pernah ke Perpustakaan Terhadap Kemampuan Petugas, Tugas dan Motivasi dari Dosen, dan Kelengkapan Koleksi Perpustakaan
A. Tabel 4.8 Mahasiswa pernah ke Perpustakaan Menurut Persepsi Terhadap Kemampuan Petugas, Tugas dan Motivasi dari Dosen, dan Kelengkapan Koleksi Perpustakaan Kerangka Penelitian

Berdasarkan hasil survei didapatkan bahwa persepsi mahasiswa pernah ke perpustakaan terhadap beberapa variabel seperti tersebut di atas mempunyai 2 kecenderungan. Sebagian besar mahasiswa menyatakan nonkeahlian dan keahlian dasar petugas, tugas dan motivasi dari dosen, dan koleksi perpustakaan cukup baik. Terbukti dari jumlah persepsi cukup baik dan sangat baik mencapai 50.00% lebih. Sebaliknya, sebagian besar mahasiswa menyatakan keahlian madya petugas kurang baik. Hal ini dibuktikan oleh besarnya persepsi tidak baik dan sangat tidak baik yang mencapai 50.00% lebih. Persentase selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1 seperti tersebut di atas.
B. Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi pemakaian bahan pustaka perpustakaan oleh mahasiswa
1. Analisis komponen utama (AKU)
Guna mengetahui apakah variable yang dipakai dapat dianalisis dengan nalisis faktor dilihat dari nilai KMO (Kaiser-Meiyer-Olkin). Tabel 1 menunjukan nilai sebesar 0,5560 yang berarti variable yang dipakai sudah mencukupi untuk dianalisis faktor. Selain itu, tabel 1 juga menampilkan tingkat signifikansi 0,000. artinya, jika
H0 : Matrik korelasi merupakan matriks identitas
H0 : Matriks korelasi bukan matriks identitas
X 2 obs > X 20,p (p-1)/2
maka H0 ditolak yang berarti matriks korelasi bukan matrik identitas. Dengan demikian variabel yang digunakan dapat dianalisis dengan analisis faktor.
Tabel 1. Uji KMO and Bartlett


Selanjutnya melihat nilai MSA tiap variabel. Terdapat satu variabel: kepemilikan/penguasaan buku referensi yang nilainya dibawah 0,5000. namun demikian, variabel tersebut tdak dihilangkan dari analisis sebagaimana mestinya karena memiliki subtansi permasalahan yang cukup kuat.

Tabel 3. menunjukkan besarnya hubungan faktor-faktor yang terbentuk dengan variabel asal (communalities). Nilai-nilai yang ada menujukkan kemampuan faktor-faktor yang terbentuk dalam menentukan varians perubah asal. Nilai tersebut dimiliki variabel kepemilikan/penggunaan buku referensi sebesar 0,8700 artinya 87,00% varian dari kepemilikan/pengusahaan buku referensi mahasiswa dapat diterangkan oleh faktor-faktor yang dibentuk.
Sedangkan nilai terkecil dimiliki variabel tugas dan motivasi dari dosen sebesar 0,6090 artinya 60,90% varian dari motivasi dari dosen dapat diterangkan oleh faktor-faktor yang terbentuk. Semakin besar nilai communalities semakin baik AKU.
Untuk menentukan banyaknya faktor yang akan dianalisis dilihat dari nilai akar ciri lebih besar 1 dan mampu menerangkan keragaman variabel asal lebih besar sama dengan 60,00%. Table 3 menunjukkan faktor 1,2 dan 3 mempunyai akar ciri lebih besar 1 dan menerangkan keragaman variabel asal mencapai 72,70%. Akar ciri menunjukan kepentingan relatif masing-masing faktor-faktor dalam menghitung variabel yang dianalisis. Faktor 1,2 dan 3 merupakan tiga faktor terbesar dalam menghitung varian variabel asal dengan kata lain ketiga faktor tersebut merupakan kombinasi terbaik untuk meringkas keenam variabel yang dianalisis
Tabel 4. Akar Ciri dan Kemampuan Keragaman Variabel Asal dari Faktor yang Terbentuk


. Analisis faktor
Selanjutnya menentukan variabel-variabel yang dominan pada tiap faktor dengan menggunakan nilai korelasi tiap variabel terhadap ketiga faktor yang terbentuk. Mekanisme rotasi varimax membuat korelasi tiap variabel hanya dominan terhadap satu faktor, hal ini dilakukan dengan membuat korelasi variabel mendekati [1] dan 0 pada tiap faktor sehingga memudahkan dalam interprestasi.
Tabel 5 menunjukan faktor 1 memiliki korelasi kuat dengan variabel kemampuan nonkeahlian, keahlian dasar, dan keahlian madya. Perlu diperhatikan bahwa kemampuan nonkeahlian juga memiliki hubungan kuat dengan faktor 3. untuk memudahkan faktor 1 disebut faktor kemampuan pustakawan. Sesuai dengan permasalahan penelitian, korelasi positif pada variabel pembentuk faktor 1 menunjukkan semakin baik kemampuan pustakawan semakin tinggi pemakaian bahan pustaka perpustakaan oleh mahasiswa.
Tabel 5. Korelasi variabel terhadap faktor


Faktor 2 mempunyai korelasi positif kuat dengan variabel tugas dan motivasi dari dosen dan kelengkapan koleksi perpustakaan. Dengan demikian semakin banyak tugas dan motivasi dari dosen dan semakin lengkap koleksi perpustakaan maka semakin tinggi pemakaian pemakaian bahan pustaka perpustakaan oleh mahasiswa.
Faktor 3 memiliki korelasi positif kuat dengan variabel kemampuan nonkeahlian dan kepemilikan/penguasaan buku referensi. Jika kemampuan nonkeahlian petugas semakin baik dan mahasiswa semakin banyak memiliki/menguasai buku referensi maka pemakaian bahan pustaka perpustakaan semakin tinggi. Interpretasi variabel kepemilikan/penguasaan buku referensi mahasiswa mempunyai pengaruh negatif terhadap pemakaian bahan pustaka perpustakaan karena kebutuhan terhadap buku referensi dapat dipenuhi sendiri. Makalah ini menekankan pada besarnya nilai korelasi dengan tanda positif yang ada pada variabel tersebut.
Besarnya nilai korelasi menunjukkan kepemilikan/penguasaan buku referensi mempunyai pengaruh signifikan terhadap pemakaian bahan pustaka perpustakaan. Artinya, dalam rangka meningkatkan pemakaian bahan pustaka perpustakaan perlu dilakukan penambahan buku-buku referensi yang belum banyak dimiliki mahasiswa.
C. Pengelompokkan mahasiswa berdasarkan tugas dan motivasi dari dosen, kepemilikan/penguasaan buku referensi, dan pemakaian bahan pustaka
Tabel 6. Karakteristik kelompok


Untuk mengelompokkan mahasiswa berdasarkan karakteristik seperti tersebut di atas digunakan analisis klaster. Tabel 6 menunjukkan terdapat perbedaan karakteristik mahasiswa berdasarkan kelompok yang terbentuk. Dibandingkan dua kelompok yang lain, kelompok 1 terdiri dari mahasiswa yang banyak memiliki/menguasai buku referensi dan dosennya paling sering memberikan tugas dan motivasi untuk menggunakan buku referensi. Mereka rata-rata memiliki/menguasai buku referensi sebanyak 5-6 buku. Karena buku yang dimiliki/dikuasai cukup banyak, mereka tidak banyak memakai bahan pustaka perpustakaan baik meminjam maupun membaca di perpustakaan. Mereka rata-rata hanya meminjam 1-2 bahan pustaka dan membaca 3-4 bahan pustaka di perpustakaan setiap bulannya.
Terhadap mahasiswa pada kelompok 1 ini sebaiknya didorong untuk membaca lebih dari satu referensi untuk lebih memahami materi yang diajarkan.
Kelompok 2 merupakan kumpulan mahasiswa dengan kepemilikan/penguasaan buku referensi sedang, tugas dan motivasi dari dosen sedang, dan tingkat pemakaian bahan pustaka tinggi, jauh di atas dua kelompok yang lain. Meeka rata-rata meminjam 6-7 bahan psutaka da membaca 14-15 bahan pustaka di perpustakaan setiap bulannya.
Mahasiswa-mahasiswa yang masuk dalam kelompok 2 harus selalu diberi motivasi untuk mempertahankan semangat membaca yang sudah ada.
Berbeda dengan dua kelompok sebelumnya, kelompok 3 merupakan kumpulan mahasiswa yang sedikit memiliki/menguasai buku referensi, sedikit diberi tugas dan motivasi dari dosen, jarang memakai bahan pustaka perpustakaan baik meminjam maupun membaca di perpustakaan. Mahasiswa dalam kelompok 3 seharusnya diberi motivasi lebih untuk meningkatkan minat membaca dan memanfaatkan perpustakaan.

Perbedaan karakteristik mahasiswa tersebut terjadi pada semua variabel seperti terlihat pada tbael 7. Perbedaan terbesar terutama terjadi pada jumlah rata-rata pembacaan bahan pustaka di perpustakaan, diikuti jumlah rata-rata peminjaman bahan pustaka, tugas-tugas dan motivasi dari dosen, dan perbedaan paling kecil terjadi pada kepemilikan/penguasaan buku referensi.
Berdasarkan tabel 8 diketahui dari 97 siswa pernah ke perpustakaan 33 orang termasuk dalam kelompok 1, 11 orang termasuk dalam kelompok 2, dan 53 orang termasuk dalam kelompok 3. Dari 33 mahasiswa pada kelompok 1, tingkat I sebanyak 45,45 persen dan tingkat III sebanyak 9,09 persen. Sedangkan dari 53 mahasiswa pada kelompok 3, tingkat IV sebanyak 33,96 persen dan tingkat I sebanyak 18,87 persen. Distribusi mahasiswa tiap kelompok selengkapnya dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Mahasiswa Menurut Tingkat dan Kelompok

Jika dilihat per tingkat maka 50,00 lebih mahasiswa tingkat I termasuk dalam kelompok 1 sedangkan 50,00 % lebih mahasiswa tingkat II, III, dan IV termasuk dalam kelompok 3.
Melihat persentase tiap tingkat tersebut, dosen-dosen tingkat III mempunyai tanggung jawab lebih dalam memotivasi mahasiswa guna memakai bahan pustaka perpustakaan, diikuti dosen-dosen tingka II dan IV. Sedangkan, untuk dosen-dosen tingkat I, motivasi didorong untuk membaca lebih dari satu buku referensi guna lebih memahami materi yang diajarkan.
Persepsi responden tersebut sesuai dengan hasil pengamatan lapangan. Tingkat I lebih banyak mendapatkan tugas dari dosen baik tugas kelompok maupun individu dibandingkan tingkat II, III, dan IV. Sebaliknya tingkat III mendapatkan tugas yang paling sedikit.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
1. Persepsi mahasiswa pernah ke perpustakaan terhadap kemampuan pustakawan, tugas dan motivasi dari dosen, dan kelengkapan koleksi perpustakaan secara umum cukup baik kecuali keahlian madya. Sebanyak 50,00 persen lebih mahasiswa menyatakan cukup, baik, dan sangat baik. Sebaliknya, untuk keahlian madya, 50,00 persen lebih mahasiswa menyatakan tidak baik dan sangat tidak baik.
2. Terdapat 3 faktor dominan yang mempengaruhi pemakaian bahan pustaka perpustakaan oleh mahasiswa. Faktor 1 terdiri dari nonkeahlian, keahlian dasar, dan keahlian madya pustakawan. Faktor 2 terdiri dari tugas dan motivasi dari dosen dan kelengkapan koleksi perpustakaan. Faktor 3 terdiri dari nonkeahlian pustakawan dan kepemilikan/penguasaan buku referensi mahasiswa.
3. Faktor 1 lebih dominan daripada faktor 2, faktor 2 lebih dominan daripada faktor 3.
4. Terdapat perbedaan karakteristik diantara 3 kelompok yang dibentuk. Kelompok 1 merupakan kumpulan mahasiswa yang banyak memiliki/menguasai buku referensi, banyak mendapatkan tugas dan motivasi dari dosen, dan sedikit memakai bahan pustaka perpustakaan. Kelompok terdiri dari mahasiswa-mahasiswa yang kepemilikan/penguasaan baku referensinya sedang, tugas dan motivasi dari dosen sedang, dan tingkat pemakaian bahan pustaka perpustakaan tinggi, jauh di atas dua kelompok yang lain. Kelompok 3 merupakan kumpulan mahasiswa yang sedikit memiliki/menguasai buku referensi, sedikit mendapatkan tugas dan motivasi dari dosen, dan jarang memakai bahan pustaka perpustakaan.
5. Dosen-dosen tingkat III mempunyai tanggung jawab lebih dalam memotivasi mahasiswanya guna memakai bahan pustaka perpustakaan, diikuti dosen-dosen tingkat II, dan dosen-dosen tingkat IV. Sedangkan, untuk dosen-dosen tingkat I tugas dan motivasi yang diberikan harus dipertahankan.


B. Saran
1. Perlu dilakukan peningkatan kemampuan pustakawan peningkatan tugas dan motivasi dosen untuk meningkatkan pemakaian bahan pustaka perpustakaan oleh mahasiswa.
2. Peningkatan kemampuan petugas hendaknya dilakukan terhadap petugas-petugas yang berpotensi.


Tidak ada komentar: